30 August 2017

makalah kecakapan kalbu IQ,EQ,SQ,AQ,CQ



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan good corporate governance dan pemerintahan yang memiliki daya saing global diperlukan Sumber Daya Insani yang mumpuni. Pada saat ini sangat dirasakan kompetisi yang ketat di dunia kerja sebagai dampak adanya resesi global. Maka organisasi memerlukan SDM yang profesional dan memiliki integritas dalam bekerja. Profesionalisme merupakan sinergi berbagai kompetensi yang dikendalikan oleh kompetensi spiritual. Kompetensi spiritual memiliki peran utama dalam mewujudkan integritas sebagai perilaku kunci untuk membangun kepercayaan dan akhlak yang luhur berdasarkan nilai-nilai agama.
Menurut Taufik Bahaudin dikatakan seseorang itu Cerdas apabila memiliki beberapa kecerdasan atau disebut  berfungsinya meta kecerdasan sinergi. Meta kecerdasan itu antara lain   IQ, EQ, SQ, CQ, AQ).
Dengan kecerdasan spiritual memberikan pengaruh utama dalam membangun komitmen kerja PNS yang cakap, bersih dan berwibawa terbebas dari KKN. Untuk itu diperlukan akhlak yang mulia yang dibangun dari nilai-nilai agama. Keseimbangan pendidikan umum (Iptek) dan pendidikan agama/ moral spiritual akan melahirkan insan berkepribadian baik dan arif-bijaksana dalam menyikapi serta menghadapi setiap permasalahan dan kreatif mencari solusi terbaik dalam menghadapi masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

B.     Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui Pengertian Intellegensi Quotien IQ dan Emotional Quotient (EQ)
2.      Untuk mengetahui tentang pengertian Spiritual Quotient (SQ) dan  Creativity Quotient (CQ) serta Adversity Quotient (AQ)



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Intellegensi Quotien IQ
Menurut David Wechsler, intellegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,  berfikir secara rasional, dan memahami lngkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa intellegensi adalah sebuah kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional. Oleh karena itu, intellegensi tidak bisa diamati secara langsung melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berfikir rasional itu. Sedangkan IQ singkatan dari (Intelligence Quotient) adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat test kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Inti dari kecerdasan ini ialah aktifitas otak, Kecerdasan ini terletak pada otak bagian cortex (Kulit Otak), dimana kecerdasan inilah yang memberikan kita kemampuan berhitung, beranalogi, berimajinasi dan memiliki daya kreasi serta inovasi. Atau lebih tepatnya diungkapkan oleh para psikologis dengan “What I Think”. Menurut penelitian, IQ atau daya tangkap seseorang dapat di tentukan sejak anak usia 3 tahun, daya tangkap sangat dipengaruhi oleh keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu disamping factor gizi makanan yang cukup.
IQ atau daya tangkap ini dianggap tidak akan berubah sampai dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seseorang belajar dan memahami berbagai bidang ilmu.
Rumus kecerdasan umum yang di tetapkan oleh para ilmuwan adalah:
            Usia mental anak   X 100 = IQ
            Usia sesungguhnya

Contoh : Misal anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-anak yang rata-rata   baru bisa berbicara seperti anak usia 4 tahun. Inilah yang disebut dengan usia mental. Berarti IQ si anak adalah : 4/3 x 100 = 133.
Interpretasi atau penafsiran dari IQ adalah sebagai berikut:
Tingkat Kecerdasan
IQ
Genius
Di atas 140
Sangat super
120 - 140
Super
110 – 120
Normal
  90 -  110
Bodoh
  80 -  90
Perbatasan
  70 – 80
Moron / dungu
  50 – 70
Imbecile
  25 – 50
Idiot
    0 -  25

Kecerdasan dapat dibagi dua yaitu, kecerdasan umum atau biasa disebut factor-g, maupun kecerdasan spesifik. Akan tetapi pada dasarnya kecerdasan dapat di pilah-pilah .
Berikut ini pembaguan sfesifikasi kecerdasan menurut L.L. Thurstone :
·         Pemahaman dan kemampuan verbal
·         Angka dan hitungan
·         Kemampuan visual
·         Daya ingat
·         Penalaran
·         Kecepatan perceptual

B.     Emotional Quotient (EQ)
Daniel Goleman (1999), Adalah salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yakni Kecerdasan Emosional, yang kemudian kita mengenalnya dengan sebutan Emotional Quotient (EQ). Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Di dunia Islam kajian atas “emosi” bukanlah barang baru.Al-Qur’an dan Hadits banyak sekali menyinggung tentangnya.Di dalam Al-Qur’an, aktifitas kecerdasan emosional seringkali dihubungkan dengan kalbu. Oleh karena itu, kata kunci utama EQ di dalam Al-Qur’an dapat ditelusuri melalui kata kunci (qalbu) dan tentu saja dengan istilah-istilah lain yang mirip dengan fungsi kalbu seperti jiwa , intuisi, dan beberapa istilah lainnya.
Jenis-jenis dan sifat-sifat qalbu (qalb) dalam Al-Qur’an dapat dikelompokkan sebagai berikut:
·         Kalbu yang positif :
1.      Kalbu yang damai (Q.S. al-Syura/26:89).
2.      Kalbu yang penuh rasa takut (Q.S.Qafl50:33)
3.      Kalbu yang tenang (Q.S. al-Nahl/16:6)
4.      Kalbu yang berfikir (Q.S.al-Haj/2:46)
5.      Kalbu yang mukmin (Q.S.al-Fath/48:4)
·         Kalbu yang Negatif:
1.      Kalbu yang sewenang-wenang (Q.S. Gafir/40:35)
2.      Kalbu yang sakit (Q.S. al-Ahdzab/33:32)
3.      Kalbu yang melampaui batas (Q.S.Yunus/10:74)
4.      Kalbu yang berdosa (Q.S.al-Hijr/15:12)
5.      Kalbu yang terkunci, tertutup (Q.S.al-Baqarah/2:7)
6.      Kalbu yang terpecah-pecah (Q.S.al-Hasyr/59:14)

Kalau qalb di atas dapat diartikan sebagai emosi maka dapat difahami adanya emosi cerdas dan tidak cerdas.Emosi yang cerdas dapat dilihat pada sifat-sifat emosi positif dan emosi yang tidak cerdas pada sifat-sifat emosi negatif.

C.    Spiritual Quotient (SQ)
Di akhir abad ke-20 (1999-an), Danah Zohar dan Ian Marshall melalui penelitian ilmiahnya menemukan kecerdasan lain, kecerdasan ketiga, yang disebut-sebut sebagai the ultimatte intelligence (kecerdasan tertinggi), yaitu SQ (Spiritual Quotient).Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yakni kecerdasan untuk menempatkan perilakudan hidup dalam konteks makna yang lebih luas. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah- langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah dalam upaya menggapai kualitas hanif dan ikhlas.SQ adalah suara hati Ilahiyah yang memotivasi seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat.
Kalau EQ berpusat di hati, maka SQ berpusat pada "hati nurani" (Fuad/dhamir).Kebenaran suara fuad tidak perlu diragukan. Sejak awal kejadiannya, "fuad" telah tunduk kepada perjanjian ketuhanan " Bukankah Aku ini Tuhanmu ?" Mereka menjawab :" Betul (Engkau Tuhan kami ), kami bersaksi "( al-A'raaf,7:172 ). Di samping itu, secara eksplisit Allah SWT menyatakan bahwa penciptaan Fuad/ al-Af’idah selaku komponen utama manusia terjadi pada saat manusia masih dalam rahim ibunya (al-Sajadah,32:9). Tentunya ada makna yang tersirat di balik informasi Allah tentang saat penciptaan fuad karena Sang Pencipta tidak memberikan informasi yang sama tentang waktu penciptaan akal dan qalbu. Isyarat yang dapat ditangkap dari perbedaan tersebut adalah bahwa kebenaran suara fuad jauh melampaui kebenaran suara akal dan qalbu .
Ciri – Ciri SQ Tinggi :
ü  Memiliki prinsip dan visi yang kuat.
ü  Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman.
ü  Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.
ü  Mampu memaknai setiap sisi kehidupan.
ü  Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.

Memiliki Prinsip dan Visi Yang Kuat :
ü  Prinsip adalah suatu kebenaran yang hakiki dan fundamental berlaku secara universal bagi seluruh umat.
ü  Prinsip merupakan pedoman berprilaku, yang berupa nilai-nilai yang permanen dan mendasar.

prinsip utama bagi orang yang spiritualnya tinggi :
ü  Prinsip kebenaran.
ü  Prinsip Keadilan.
ü  Prinsip Kebaikan.

Visi yang kuat :
Visi adalah cara pandang bagaimana memandang sesuatu dengan visi yang
benar.

D.     Creativity Quotient (CQ)
CQ (Creativity Quontient) adalah potensi seseorng untuk memunculkan sesuatu yang penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi serta semua bidang dalam usaha lainnya.

1.      Ciri – ciri kreatifitas menurut Guil Ford
ü  Kelancaran : Kemampuan memproduksi banyak ide.
ü  Keluwesan : Kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pendekatan jalam pemecahan masalah.
ü  Keaslian : Kemampuan untuk melahirkan gagasan yang orisinil sebagai hasil pemikiran sendiri.
ü  Penguraian : Kemampuan menguraikan sesuatu secara terperinci.
ü  Perumusan Kembali : Kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara yang berbada dengan yang sudah lazim.

2.      Kreativitas terdiri dari dua unsur :
ü  Kepasihan (kemampuan menghasilkan sejumlah gagasn dan ide prmecahan masalah dengan lancar).
ü  Keluwesan (Kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah )

3.      Hambatan untuk menjadi Kreatif :
Kebiasaan, waktu, dibanjiri masalah, tidak ada masalah, takut gagal, kebutuhan akan sebuah jawaban sekarang, kegiatan mental yang sulit diarahkan, takut bersenang-senang, kritik orang lain.

4.      Beberapa cara memunculkan gagasan kreatif yaitu :
ü  Kuantitas gagasan.
ü  Teknik brainstorming.
ü  Sinektik.
ü  Memfokuskan tujuan.

E.     Adversity Quotient (AQ)
AQ (Adversity Quontient) adalah kemampuan/ kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Paul G Stoltz dalam Adversity Quotient membedakan tiga tingkatan AQ dalam masyarakat :
1.      Tingkat quitrers ( orang yang berhenti). Quiters adalah orang yang paling lemah AQ nya. Ketika ia menghadapi berbagai kesulitan hidup, ia berhenti dan langsung menyerah.
2.      Tingkat Campers ( Orang yang berkemah ). Campers adalah orang yang memiliki AQ sedang.Ia puas dan cukup atas apa yang telah dicapai dan enggan untuk maju lagi.
3.      Tingkat Climbers ( orang yang mendaki ). Climbers adalah orang yang memilikiAQ tinggi dengan kemampuan dan kecerdasan yang tinggi untuk dapat bertahan menghadpi kesulitan-kesulitan dan mapu mengatasi tantangan hidup.

Tidak jarang dalam dunia kerja ada sekelompok karyawan yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) tinggi kalah bersaing oleh para karyawan lain yang ber-IQ relatif lebih rendah namun lebih berani menghadapi masalah dan bertindak. Mengapa sampai seperti itu?. Dalam bukunya berjudul Adversity Quotient: Turning Obstacles into Opportunities, Paul Stoltz memerkenalkan bentuk kecerdasan yang disebut adversity quotient (AQ). Menurutnya, AQ adalah bentuk kecerdasan selain IQ, SQ, dan EQ yang ditujukan untuk mengatasi kesulitan. AQ dapat digunakan untuk menilai sejauh mana seseorang ketika menghadapi masalah rumit. Dengan kata lain AQ dapat digunakan sebagai indikator bagaimana seseorang dapat keluar dari kondisi yang penuh tantangan. Ada tiga kemungkinan yang terjadi yakni ada karyawan yang menjadi kampiun, mundur di tengah jalan, dan ada yang tidak mau menerima tantangan dalam menghadapi masalah rumit (tantangan) tersebut.Katakanlah dengan AQ dapat dianalisis seberapa jauh para karyawannya mampu mengubah tantangan menjadi peluang.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Manusia adalah makhluk yang paling cerdas, dan Tuhan, melengkapi manusia dengan komponen kecerdasan yang paling kompleks. Sejumlah temuan para ahli mengarah pada fakta bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan paling unggul dan akan menjadi unggul asalkan bisa menggunakan keunggulannya. Kemampuan menggunakan keunggulan ini dikatakan oleh William W Hewitt, pengarang buku The Mind Power, sebagai faktor yang membedakan antara orang jenius dan orang yang tidak jenius di bidangnya, misalnya di bidang informatika.
IQ, EQ, SQ, AQ dan CQ bisa digunakan dalam mengambil keputusan tentang hidup kita. Seperti yang kita alami setiap hari, keputusan yang kita buat, berasal dari proses :
a.       merumuskan keputusan,
b.      menjalankan keputusan atau eksekusi,
c.       menyikapi hasil pelaksanaan keputusan.

No comments:

Post a Comment