BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peternakan merupakan suatu bagian dari
kehidupan manusia yang juga memegang peran penting kebutuhan manusia. Jika
dilihat lebih jauh peternakan merupakan suatu usaha yang sangat menjanjikan
untuk kedepannya. Dari fakta yang ada sangat banyak manusia yang mengkonsumi
daging hewan, setiap hari lebih dari 380 juta hewan setiap hari dan 140 miliar
hewan yang dikonsumsi manusia dalam satu tahun. Melihat fakta di atas memang
sangat menjanjikan apabila menjadi seorang peternak. Dengan semakin banyaknya
orang mengkonsumsi daging, telur, susu, dan hasil ternak lainnya, maka akan
semakin besar peluang untuk menjadi peternak sukses.
Usaha ternak merupakan suatu proses
mengkombinasikan faktor – faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja,
dan juga modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak
sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau
pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan,
dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak,
pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja.
Hewan ternak serta hasil ternak
memiliki peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
Selain itu, hewan ternak dan hasil ternak memberikan sumbangan yang sangat
besar di berbagai sektor kehidupan manusia, mulai dari pangan, industri,
ekonomi, sosial budaya, maupun pada sektor lingkungan hidup yang akan dibahas
dalam makalah ini.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari penuli makalah ini
adalah:
1.
Untuk mengetahui tentang pengertian peternak
2. Untuk mengetahui Pemeliharaan ternak
dan Analisis Kualitas dan Produktifitas Susu Sapi di Indonesia
BAB II
PEMHASAN
A. Pengertian
Peternak
Peternakan merupakan
suatu sektor kehidupan yang bergerak pada sistem manajemen dan pengelolaan
hewan ternak serta sistem pemanfaatan ternak tersebut. Peternakan merupakan
bagian kehidupan yang tidak bisa dipisahkan karena memiliki peranan yang begitu
besar. Peternakan memiliki fokusan pada hewan ternak. Hewan ternak adalah
binatang yang seluruh maupun sebagian hidupnya diatur oleh manusia.
Pengembangan
peternakan sapi perah di Indonesia pada dasarnya bertujuan meningkatkan
produksi susu dalam negeri untuk mengantisipasi tingginya permintaan susu. Hal
tersebut memberikan peluang bagi peternak, terutama peternakan sapi perah
rakyat untuk lebih meningkatkan produksi, sehingga ketergantungan akan susu
impor dapat dikurangi. Konsekuensi logis dari keadaan tersebut, perlu ditunjang
oleh perkembangan peternakan sapi perah agar eksis dalam penyediaan produksi
susu dan dapat terjaga kelangsungan hidupnya (Suherman, 2008).
Usaha ternak sapi
perah adalah usaha yang mempunyai sifat maju, yang secara selektif menggunakan
masukan teknologi sehingga secara proporsional mampu meningkatkan produksi akan
tetapi dalam praktek peternak tidak sepenuhnya memahami penggunaan teknologi
tersebut. Pemeliharaan sapi perah pada peternak rakyat masih menggunakan
teknologi yang bersifat sederhana dalam pemeliharaan sapi perah, dimana pengetahuan
pemeliharaan sapi perah peternak masih didapat secara turun temurun, dan
merupakan usaha sambilan. Setiap usaha mengharapkan keuntungan yang dapat
diperoleh dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki peternak
(Emawati, 2011).
Swastika (2003:223)
menyatakan bahwa peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha
keluarga di pedesaan dalam skala kecil, sedangkan usaha skala besar masih
sangat terbatas dan umumnya merupakan usaha sapi perah yang baru tumbuh.
Rendahnya tingkat kualitas
dan produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta
pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek produksi, pemberian pakan,
pengelolaan hasil pasca panen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi
dan pencegahan penyakit. Pengetahuan petani mengenai aspek tataniaga masih
harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan
pemeliharaannya. Keuntungan tersebut dapat terjadi jika peternak memiliki
manajemen yang baik meningkatkan skala usaha, meningkatakan frekuensi
pemerahan, memberikan pakan yang cukup dan berkualitas. Peternak harus menekan
biaya produksi sehingga dapat keuntungan yang lebih maksimal di dalam usaha
ternak Rusdiana dan Wahyuning (2009). Keuntungan akan terjadi jika pendapatan peternak
tinggi, dan biaya produksi rendah, sehingga akan memperoleh keuntungan yng
lebih besar dari suku bunga bank. Profitabilitas merupakan cara untuk mengukur
kemampuan suatu usaha dalam menghasilkan keuntungan dari aktiva atau sumber
penghasilan yang dipercayakan kepadanya (Riyanto, 1995).
Berdasarkan latar
belakang di atas maka perlu dilakukan analisis mengenai rendahnya kualitas dan
produktifitas susu sapi di indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui alasan rendahnya kualitas dan produktifitas susu sapi di indonesia.
Adapun manfaat dari analisis ini untuk memberikan wawasan kepada masyarakat
tentang cara penanggulangan kualitas dan produktifitas susu sapi perah di
indonesia yang masih buruk dan rendah.
B. Pemeliharaan
Ternak
Menurut yopi
(2010:128) budidaya adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau
beberapa orang yang memberikan hasil atau keuntungan bagi pembudidaya tersebut.
Budidaya sapi perah adalah usaha di bidang peternakan yang difokuskan untuk
menghasilkan susu dari sapi perah.
Siregar (1999:23)
Sapi perah adalah sapi yang diternakkan
terutama sebagai penghasil susu. Sesuai dengan SK Mentan No. 362
/Kpts/TN.120/5/1990, usaha peternakan sapi perah di Indonesia dibagi menjadi
dua macam, yaitu usaha peternakan rakyat dan perusahaan peternakan sapi perah.
Usaha peternakan rakyat adalah usaha yang digunakan sebagai usaha sampingan
yang memiliki sapi perah kurang dari 10 ekor sapi laktasi dewasa atau memiliki
jumlah seluruh kurang dari 20 ekor sapi perah campuran.
Bangsa sapi perah di
indonesia dapat dikatakan tidak ada. Sapi perah di indonesia berasal dari sapi
impor dan hasil dari persilangan sapi impor dengan sapi lokal. Pada tahun 1995,
di indonesia terdapat sekitar 20.000 ekor sapi perah dan hampir seluruhnya merupakan
sapi FH (Friesian Holstein) dan keturunannya.
Hasil persilangan
antara sapi lokal dengan sapi FH sering disebut sapi PFH (Peranakan Friesian
Holstein). Sapi ini banyak dipelihara rakyat, terutama di daerah Boyolali,
Solo, Ungaran, Semarang, dan Jogjakarta. Juga dapat dijumpai di daerah Pujon,
Batu, Malang, dan sekitarnya. Warna bulu kipas ekor hitam, kuku berwarna hitam,
dan bentuk tubuhnya masih memperlihatkan bentuk sapi lokal, kadang-kadang masih
terlihat adanya gumba yang meninggi.
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang
letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh
kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10
meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat
dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di
tengah sawah atau ladang.
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal,
tergantung dari jumlah
sapi
yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu
baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya
dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak
belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan
kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk
tunggal
apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan
penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan
lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah
timbulnya
berbagai
penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan
dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas
kandang yang hangat. Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai
harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin,
lysol, dan bahan bahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah
1,5x2 m
atau
2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi
cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di
sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi
pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran
tinggi (> 500 m).
Menurut Ratnasari (2010:56) ternak harus dimandikan 2 hari
sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari. setelah kandang dibersihkan
dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran
kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi
pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai
alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan
(seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar).
Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa.
Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap
bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali.
Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan
lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
Pemberian
pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1. sistem penggembalaan (pasture fattening)
2. kereman (dry lot fattening)
3. kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan
yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah,
rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah
pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa
umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan
sebanyak 1-2% dari BB.
Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan
tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang
berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas
tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa
garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada
pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain
makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan
berkualitas,
serta
menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian
pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau,
setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan
diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan
bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya (ahmad, 2010).
C. Analisis Kualitas dan Produktifitas
Susu Sapi di Indonesia
Peluang keberhasilan
usaha ternak sapi perah terbuka sangat lebar. Hal ini karena kebutuhan pasar
akan susu dan produk olahannnya sedemikian tinggi. Selain itu, sejumlah hasil
sampingan dari usaha ini pun memberikan nilai tambah bagi usaha ternak sapi
perah.
Kenyataannya, dengan peluang
keberhasilan besar dan sejumlah nilai tambah yang bisa didapat, usaha ternak
sapi perah di indonesia masih kurang berkembang dari produksi susu nasional
maupun kualitas susu yang masih sangat rendah.
1.
Kualitas Susu Sapi di Indonesia
Menurut Samsul
(2003:78) dari
segi kualitas, susu hasil produksi lokal masih berkualitas rendah. Dari hasil
pengujian mutu susu, susu lokal memiliki sifat fisik, kimia, dan biologi
yang tidak sesuai dengan standard milk CODECS, yaitu standard
kelayakan makanan dan minuman yang dipakai dunia. Susu pecah, berbau, berwarna,
dan kotor juga sering terjadi pada pasca panen susu peternak lokal. Selain itu
susu lokal terhitung lebih encer, dengan kadar lemak tinggi, dan kandungan
mikroorganisme yang jauh melebihi standard CODEC.
banyaknya air yang tidak sesuai dengan takaran dicampur dengan
susu menjadi penyebab rendahnya kualitas. Padahal sesuai aturan maksimal 9
liter susu itu boleh dicampur dengan 1 liter air saja. Namun, para peternak
justru mencampurkannya tidak sesuai aturan (setiyono, 2000).
peternak sapi perah Indonesia kurang memiliki pengetahuan
tentang cara beternak sapi yang baik dan benar, sehingga produktifitas susu
yang dihasilkan sapi rendah. "Rata-rata peternak sapi perah di Indonesia
lebih banyak belajar secara turun-temurun, tidak ada ilmu baru yang mereka
terima dari ilmu warisan nenek moyang mereka," (Berend Jan Stoel, 2005)
menurut Dawud (1998:92) susu di
indonesia berkualitas rendah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
Pertama, sanitasi kandang yang rendah
dan perilaku peternak yang belum mengarah pada goodfarming practice. Banyak peternak yang membangun kandang sapi
mereka menyatu dengan rumah alasan keamanan. Limbah peternakan, baik limbah
yang padat maupun limbah yang cair, belum dikelola dengan benar sehingga
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Padahal, jika pengelolaan limbah
dilakukan dengan benar, dapat memberikan nilai tambah bagi usaha. Hasil
analisis ekonomi menunjukkan bahwa sistem usaha peternakan yang menerapkan
produksi bersih dapat memberikan keuntungan
yang cukup signifikan.
Kedua, kualitas dan kuantitas pakan yang
rendah. Kebanyakan peternak sapi perah masih memberikan pakan berkualitas
rendah kepada ternak mereka. Hanya terdiri atas pakan hijauan dan rumput alam,
ditambah limbah tanaman pangan (wortel, kol, dan lain-lain). Selain mutu pakan
yang rendah, secara kuantitas, pemberian pakan kepada ternak sapi pun kerap
kali kurang. Hal ini menyebabkan kecukupan pakan 10 persen dari berat badan
tidak terpenuhi.
Menurut yusril (2007:229) ada tiga
faktor yang mempengaruhi kualitas susu masih rendah, yaitu:
1.
Manajemen yang lemah.
Menajemen yang lemah menyebabkan pengelolaan usaha kurang berjalan secara
maksimal.
2.
Tanggung jawab
peternak terhadap usaha sapi perah masih belum optimal. Hal ini menyebabkan
usaha ternak sapi perah kurang intensif dijalankan sehingga hasilnya pun
menjadi kurang optimal.
3.
Kendala pada pelayanan
inseminasi buatan. Pada banyak kasus, pelayanan inseminasi buatan masih
mengalami sejumlah kendala, petugas yang belum konsisten, ketersediaan srana
dan prasrana IB, perhatian peternak terhadap tanda-tanda birahi yang masih
rendah. Kendal-kendala ini menyebakan banyak induk produktif yang terlambat
bunting.
2. Produktifitas Susu
Sapi di Indonesia
Hartutik (2007:298)
mengungkapkan, pada 2005 Indonesia memiliki populasi sapi perah sebanyak
373.970 ekor dengan pasokan susu segar yang dihasilkan sejumlah 341.986 ton per
tahun. Dengan kebutuhan susu dalam negeri sebesar 1.427.000 ton, Indonesia
masih harus mengimpor susu sebesar 1.085.014 ton. Peluang inilah yang perlu
dicermati oleh peternak dalam usaha meningkatkan produksi susu dalam negeri,
guna menuju swasembada susu pada tahun 2015 yang dicanangkan pemerintah.
Menurut nainggolan
(2004:115) rendahnya produksi susu sapi di indonesia karena tingkat pemilikan sapi perahnya masih
tetap rendah, umumnya hanya memiliki 2 ekor sapi produktif. Tingkat kepemilikan
ternak seperti ini masih jauh untuk dicapainya kelayakan usaha sapi perah,
yaitu dengan skala pemilikan 10-15 ekor atau rata-rata 7-8 ekor sapi laktasi.
Produksi Susu Perusahaan
Sapi Perah, 2000 – 2011
Produksi Susu
|
2000
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Jumlah (000 Ltr)
|
34,290.80
|
35,717.80
|
37,013.33
|
31,639.38
|
34,102.13
|
33,041.83
|
39,680.25
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Nilai (Juta Rp)
|
55,826.83
|
59,815.11
|
65,969.26
|
59,634.51
|
67,347.55
|
73,827.14
|
89,454.68
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Produksi Susu
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
Jumlah (000 Ltr)
|
45,036.63
|
19,439.21
|
19,210.49
|
16,240,947
|
36,460,640
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
Nilai (Juta Rp)
|
125,831.68
|
60,151.99
|
59,535.43
|
48,798.93
|
125,499.89
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
Dari tabel data di atas dapat disimpulkan bahwa produksi susu sapi
dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan yang signifikan bahkan sempat
mengalami penurunan pada tahun 2008-2010.
Menurut alamsyah (2004:321) penyebab produksi susu sapi di
indonesia rendah karena sedikitnya orang yang ingin menjadi peternak sapi
perah. Mereka beranggapan kalau menjadi peternak sapi perah akan memperoleh
laba yang kecil dan harus ekstra dalam penjagaan dan pemeliharaan sapi perah
mereka tersebut (gunadi, 2005).
Rendahnya produksi susu disebabkan oleh beberapa
faktor penentu dalam usaha peternakan yaitu pemuliaan dan reproduksi,
penyediaan dan pemberian pakan, pemeliharaan ternak, penyediaan sarana dan
prasarana, serta pencegahan penyakit dan pengobatan (saefudin, 2008). Menurut
ajis (2002:46) manajemen pakan memiliki proporsi sebesar tujuh puluh persen
dalam produktivitas susu, dan sisanya adalah breeding dan manajemen kandang.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi manajamen pemeliharaan ternak khususnya
pemberian pakan, perlu dilakukan strategi pemberian pakan yang meliputi
penyediaan bahan pakan, penyusunan ransum, penyajian pakan dan peran
kelembagaan yang terkait.
Penyediaan bahan pakan sapi perah harus
mempertimbangkan faktor palatabilitas, nilai nutrisi, ketersediaan dan tidak
bersaing dengan kebutuhan manusia, serta harga terjangkau. Sapi perah hendaknya
diberi dua kelompok pakan yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan
hijauan merupakan pakan utama ruminansia karena melalui fermentasi di dalam
rumen oleh mikroba, serta dapat menyediakan energi untuk memenuhi kebutuhan
hidup pokok. Sementara pakan konsentrat adalah campuran bahan pakan yang kaya
energi dan protein, yang berguna untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas susu
sapi perah laktasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan kualitas dan
produktifitas susu sapi di indonesia masih bisa dikatakan buruk dan rendah.
Bisa dilihat dari segi kualitas susu pecah, berbau, berwarna, dan kotor juga
sering terjadi pada pasca panen susu peternak lokal. Selain itu susu lokal
terhitung lebih encer, dengan kadar lemak tinggi, dan kandungan mikroorganisme
yang jauh melebihi standard CODEC (arifin, 2005).
Dari segi produktifitas Hartutik (2007:298) mengungkapkan, pada 2005 Indonesia memiliki populasi
sapi perah sebanyak 373.970 ekor dengan pasokan susu segar yang dihasilkan
sejumlah 341.986 ton per tahun. Dengan kebutuhan susu dalam negeri sebesar
1.427.000 ton, Indonesia masih harus mengimpor susu sebesar 1.085.014 ton per
tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Samsul, Arifin dan
Swastika Dewantari. 2003. Budidaya Sapi Perah. Jakarta: Javalivera.
Dawud, Achroni. 1998.
Keuntungan Berusaha Sapi Perah. Medan: Penebar Swadaya.
Yusril, Ishak. 2007.
Jangan Takut Menjadi Pengusaha Susu. Yogykarta: Karnisius.
Hartutik, Wulandari
dan Nova Palupi. 2008. Meningkatkan Produksi dan Kualitas Susu Sapi Perah.
bogor: AgroMedia Pustka.
Dariyanto dkk. 2001.
Bibit Unggul Sapi Perah. Surabaya: Gramedia
Nainggolan, Tegar dan
Roni Alamsyah. 2004. Menjadi Pengusaha Susu di Usia Muda. Jakarta: AgroMedia
Pustaka.
Widodo, Ariyanto dan
Tohonan Siregar. 1999. Budidaya Sapi Potong dan Sapi Perah. Medan: AgroMedia
Pustaka.
Yopi, Kamarudin dan
Dea Ratnasari. 2010. Tambang Emas yang Kurang di Minati. Palembang: Karnisius.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena
atas pertolongan Nya kami dapat menyelasaikan makalah kami yang berjudul “Cara
Pengelolaan Ternak Yang Bertujuan Meningkatkan Hasil Produksi”. Kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengasuh kami yang telah membimbing kami
dalam membuat makalah ini, dan tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada
seluruh teman-teman yang telah mendukung kami dalam membuat makalah ini.
Kritik dan saran senantiasa kami nantikan demi
kebenarannya makalah yang telah kami buat. Selamat belajar semoga sukses dan
yang tidak pernah lupa kami ucapkan kepada teman-teman, terima kasih.
Penyusun
DAFTARA ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2
A. Pengertian Peternak ........................................................................ 2
B. Pemeliharaan Ternak ....................................................................... 3
C. Analisis Kualitas dan
Produktifitas Susu Sapi di Indonesia ........... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................... 11
A. Kesimpulan ..................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 12
No comments:
Post a Comment