06 September 2017

makalah cara pengelolaan ternak meningkatkan produksi



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Peternakan merupakan suatu bagian dari kehidupan manusia yang juga memegang peran penting kebutuhan manusia. Jika dilihat lebih jauh peternakan merupakan suatu usaha yang sangat menjanjikan untuk kedepannya. Dari fakta yang ada sangat banyak manusia yang mengkonsumi daging hewan, setiap hari lebih dari 380 juta hewan setiap hari dan 140 miliar hewan yang dikonsumsi manusia dalam satu tahun. Melihat fakta di atas memang sangat menjanjikan apabila menjadi seorang peternak. Dengan semakin banyaknya orang mengkonsumsi daging, telur, susu, dan hasil ternak lainnya, maka akan semakin besar peluang untuk menjadi peternak sukses.
Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor – faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan juga modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja.
Hewan ternak serta hasil ternak memiliki peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Selain itu, hewan ternak dan hasil ternak memberikan sumbangan yang sangat besar di berbagai sektor kehidupan manusia, mulai dari pangan, industri, ekonomi, sosial budaya, maupun pada sektor lingkungan hidup yang akan dibahas dalam makalah ini.

B.     Tujuan
Adapun tujuan dari penuli makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui tentang pengertian peternak
2.      Untuk mengetahui Pemeliharaan ternak dan Analisis Kualitas dan Produktifitas Susu Sapi di Indonesia
BAB II
PEMHASAN

A.    Pengertian Peternak
Peternakan merupakan suatu sektor kehidupan yang bergerak pada sistem manajemen dan pengelolaan hewan ternak serta sistem pemanfaatan ternak tersebut. Peternakan merupakan bagian kehidupan yang tidak bisa dipisahkan karena memiliki peranan yang begitu besar. Peternakan memiliki fokusan pada hewan ternak. Hewan ternak adalah binatang yang seluruh maupun sebagian hidupnya diatur oleh manusia.
Pengembangan peternakan sapi perah di Indonesia pada dasarnya bertujuan meningkatkan produksi susu dalam negeri untuk mengantisipasi tingginya permintaan susu. Hal tersebut memberikan peluang bagi peternak, terutama peternakan sapi perah rakyat untuk lebih meningkatkan produksi, sehingga ketergantungan akan susu impor dapat dikurangi. Konsekuensi logis dari keadaan tersebut, perlu ditunjang oleh perkembangan peternakan sapi perah agar eksis dalam penyediaan produksi susu dan dapat terjaga kelangsungan hidupnya (Suherman, 2008).
Usaha ternak sapi perah adalah usaha yang mempunyai sifat maju, yang secara selektif menggunakan masukan teknologi sehingga secara proporsional mampu meningkatkan produksi akan tetapi dalam praktek peternak tidak sepenuhnya memahami penggunaan teknologi tersebut. Pemeliharaan sapi perah pada peternak rakyat masih menggunakan teknologi yang bersifat sederhana dalam pemeliharaan sapi perah, dimana pengetahuan pemeliharaan sapi perah peternak masih didapat secara turun temurun, dan merupakan usaha sambilan. Setiap usaha mengharapkan keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki peternak (Emawati, 2011).
Swastika (2003:223) menyatakan bahwa peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha keluarga di pedesaan dalam skala kecil, sedangkan usaha skala besar masih sangat terbatas dan umumnya merupakan usaha sapi perah yang baru tumbuh.
Rendahnya tingkat kualitas dan produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek produksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pasca panen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Pengetahuan petani mengenai aspek tataniaga masih harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya. Keuntungan tersebut dapat terjadi jika peternak memiliki manajemen yang baik meningkatkan skala usaha, meningkatakan frekuensi pemerahan, memberikan pakan yang cukup dan berkualitas. Peternak harus menekan biaya produksi sehingga dapat keuntungan yang lebih maksimal di dalam usaha ternak Rusdiana dan Wahyuning (2009). Keuntungan akan terjadi jika pendapatan peternak tinggi, dan biaya produksi rendah, sehingga akan memperoleh keuntungan yng lebih besar dari suku bunga bank. Profitabilitas merupakan cara untuk mengukur kemampuan suatu usaha dalam menghasilkan keuntungan dari aktiva atau sumber penghasilan yang dipercayakan kepadanya (Riyanto, 1995).
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan analisis mengenai rendahnya kualitas dan produktifitas susu sapi di indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan rendahnya kualitas dan produktifitas susu sapi di indonesia. Adapun manfaat dari analisis ini untuk memberikan wawasan kepada masyarakat tentang cara penanggulangan kualitas dan produktifitas susu sapi perah di indonesia yang masih buruk dan rendah.

B.     Pemeliharaan Ternak
Menurut yopi (2010:128) budidaya adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang memberikan hasil atau keuntungan bagi pembudidaya tersebut. Budidaya sapi perah adalah usaha di bidang peternakan yang difokuskan untuk menghasilkan susu dari sapi perah.
Siregar (1999:23) Sapi perah  adalah sapi yang diternakkan terutama sebagai penghasil susu. Sesuai dengan SK Mentan No. 362 /Kpts/TN.120/5/1990, usaha peternakan sapi perah di Indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu usaha peternakan rakyat dan perusahaan peternakan sapi perah. Usaha peternakan rakyat adalah usaha yang digunakan sebagai usaha sampingan yang memiliki sapi perah kurang dari 10 ekor sapi laktasi dewasa atau memiliki jumlah seluruh kurang dari 20 ekor sapi perah campuran.
Bangsa sapi perah di indonesia dapat dikatakan tidak ada. Sapi perah di indonesia berasal dari sapi impor dan hasil dari persilangan sapi impor dengan sapi lokal. Pada tahun 1995, di indonesia terdapat sekitar 20.000 ekor sapi perah dan hampir seluruhnya merupakan sapi FH (Friesian Holstein) dan keturunannya.
Hasil persilangan antara sapi lokal dengan sapi FH sering disebut sapi PFH (Peranakan Friesian Holstein). Sapi ini banyak dipelihara rakyat, terutama di daerah Boyolali, Solo, Ungaran, Semarang, dan Jogjakarta. Juga dapat dijumpai di daerah Pujon, Batu, Malang, dan sekitarnya. Warna bulu kipas ekor hitam, kuku berwarna hitam, dan bentuk tubuhnya masih memperlihatkan bentuk sapi lokal, kadang-kadang masih terlihat adanya gumba yang meninggi.
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah
sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk
tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya
berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat. Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan bahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m
atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Menurut Ratnasari (2010:56) ternak harus dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari. setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar).
Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.                       
Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1.  sistem penggembalaan (pasture fattening)
2.  kereman (dry lot fattening)
3.  kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB.
Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas,
serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya (ahmad, 2010).

 C.    Analisis Kualitas dan Produktifitas Susu Sapi di Indonesia
Peluang keberhasilan usaha ternak sapi perah terbuka sangat lebar. Hal ini karena kebutuhan pasar akan susu dan produk olahannnya sedemikian tinggi. Selain itu, sejumlah hasil sampingan dari usaha ini pun memberikan nilai tambah bagi usaha ternak sapi perah.
Kenyataannya, dengan peluang keberhasilan besar dan sejumlah nilai tambah yang bisa didapat, usaha ternak sapi perah di indonesia masih kurang berkembang dari produksi susu nasional maupun kualitas susu yang masih sangat rendah.

1.      Kualitas Susu Sapi di Indonesia
Menurut Samsul (2003:78) dari segi kualitas, susu hasil produksi lokal masih berkualitas rendah. Dari hasil pengujian mutu susu, susu lokal memiliki sifat fisik, kimia, dan biologi yang tidak sesuai dengan standard milk CODECS, yaitu standard kelayakan makanan dan minuman yang dipakai dunia. Susu pecah, berbau, berwarna, dan kotor juga sering terjadi pada pasca panen susu peternak lokal. Selain itu susu lokal terhitung lebih encer, dengan kadar lemak tinggi, dan kandungan mikroorganisme yang jauh melebihi standard CODEC.
banyaknya air yang tidak sesuai dengan takaran dicampur dengan susu menjadi penyebab rendahnya kualitas. Padahal sesuai aturan maksimal 9 liter susu itu boleh dicampur dengan 1 liter air saja. Namun, para peternak justru mencampurkannya tidak sesuai aturan (setiyono, 2000).
peternak sapi perah Indonesia kurang memiliki pengetahuan tentang cara beternak sapi yang baik dan benar, sehingga produktifitas susu yang dihasilkan sapi rendah. "Rata-rata peternak sapi perah di Indonesia lebih banyak belajar secara turun-temurun, tidak ada ilmu baru yang mereka terima dari ilmu warisan nenek moyang mereka," (Berend Jan Stoel, 2005)
menurut Dawud (1998:92) susu di indonesia berkualitas rendah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
Pertama, sanitasi kandang yang rendah dan perilaku peternak yang belum mengarah pada goodfarming practice. Banyak peternak yang membangun kandang sapi mereka menyatu dengan rumah alasan keamanan. Limbah peternakan, baik limbah yang padat maupun limbah yang cair, belum dikelola dengan benar sehingga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Padahal, jika pengelolaan limbah dilakukan dengan benar, dapat memberikan nilai tambah bagi usaha. Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa sistem usaha peternakan yang menerapkan produksi bersih dapat memberikan keuntungan  yang cukup signifikan.
Kedua, kualitas dan kuantitas pakan yang rendah. Kebanyakan peternak sapi perah masih memberikan pakan berkualitas rendah kepada ternak mereka. Hanya terdiri atas pakan hijauan dan rumput alam, ditambah limbah tanaman pangan (wortel, kol, dan lain-lain). Selain mutu pakan yang rendah, secara kuantitas, pemberian pakan kepada ternak sapi pun kerap kali kurang. Hal ini menyebabkan kecukupan pakan 10 persen dari berat badan tidak terpenuhi.
Menurut yusril (2007:229) ada tiga faktor yang mempengaruhi kualitas susu masih rendah, yaitu:
1.      Manajemen yang lemah. Menajemen yang lemah menyebabkan pengelolaan usaha kurang berjalan secara maksimal.
2.      Tanggung jawab peternak terhadap usaha sapi perah masih belum optimal. Hal ini menyebabkan usaha ternak sapi perah kurang intensif dijalankan sehingga hasilnya pun menjadi kurang optimal.
3.      Kendala pada pelayanan inseminasi buatan. Pada banyak kasus, pelayanan inseminasi buatan masih mengalami sejumlah kendala, petugas yang belum konsisten, ketersediaan srana dan prasrana IB, perhatian peternak terhadap tanda-tanda birahi yang masih rendah. Kendal-kendala ini menyebakan banyak induk produktif yang terlambat bunting.

2.      Produktifitas Susu Sapi di Indonesia
Hartutik (2007:298) mengungkapkan, pada 2005 Indonesia memiliki populasi sapi perah sebanyak 373.970 ekor dengan pasokan susu segar yang dihasilkan sejumlah 341.986 ton per tahun. Dengan kebutuhan susu dalam negeri sebesar 1.427.000 ton, Indonesia masih harus mengimpor susu sebesar 1.085.014 ton. Peluang inilah yang perlu dicermati oleh peternak dalam usaha meningkatkan produksi susu dalam negeri, guna menuju swasembada susu pada tahun 2015 yang dicanangkan pemerintah.
Menurut nainggolan (2004:115) rendahnya produksi susu sapi di indonesia karena tingkat pemilikan sapi perahnya masih tetap rendah, umumnya hanya memiliki 2 ekor sapi produktif. Tingkat kepemilikan ternak seperti ini masih jauh untuk dicapainya kelayakan usaha sapi perah, yaitu dengan skala pemilikan 10-15 ekor atau rata-rata 7-8 ekor sapi laktasi.

Produksi Susu Perusahaan Sapi Perah, 2000 – 2011


Produksi Susu
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006










Jumlah (000 Ltr)
34,290.80
35,717.80
37,013.33
31,639.38
34,102.13
33,041.83
39,680.25










Nilai (Juta Rp)
55,826.83
59,815.11
65,969.26
59,634.51
67,347.55
73,827.14
89,454.68





















Produksi Susu
2007
2008
2009
2010
2011












Jumlah (000 Ltr)
45,036.63
19,439.21
19,210.49
16,240,947
36,460,640












Nilai (Juta Rp)
125,831.68
60,151.99
59,535.43
48,798.93
125,499.89




























































Dari tabel data di atas dapat disimpulkan bahwa produksi susu sapi dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan yang signifikan bahkan sempat mengalami penurunan pada tahun 2008-2010.
Menurut alamsyah (2004:321) penyebab produksi susu sapi di indonesia rendah karena sedikitnya orang yang ingin menjadi peternak sapi perah. Mereka beranggapan kalau menjadi peternak sapi perah akan memperoleh laba yang kecil dan harus ekstra dalam penjagaan dan pemeliharaan sapi perah mereka tersebut (gunadi, 2005).
Rendahnya produksi susu disebabkan oleh beberapa faktor penentu dalam usaha peternakan yaitu pemuliaan dan reproduksi, penyediaan dan pemberian pakan, pemeliharaan ternak, penyediaan sarana dan prasarana, serta pencegahan penyakit dan pengobatan (saefudin, 2008). Menurut ajis (2002:46) manajemen pakan memiliki proporsi sebesar tujuh puluh persen dalam produktivitas susu, dan sisanya adalah breeding dan manajemen kandang. Dalam rangka meningkatkan efisiensi manajamen pemeliharaan ternak khususnya pemberian pakan, perlu dilakukan strategi pemberian pakan yang meliputi penyediaan bahan pakan, penyusunan ransum, penyajian pakan dan peran kelembagaan yang terkait.
Penyediaan bahan pakan sapi perah harus mempertimbangkan faktor palatabilitas, nilai nutrisi, ketersediaan dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, serta harga terjangkau. Sapi perah hendaknya diberi dua kelompok pakan yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan hijauan merupakan pakan utama ruminansia karena melalui fermentasi di dalam rumen oleh mikroba, serta dapat menyediakan energi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok. Sementara pakan konsentrat adalah campuran bahan pakan yang kaya energi dan protein, yang berguna untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas susu sapi perah laktasi. 
 

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan kualitas dan produktifitas susu sapi di indonesia masih bisa dikatakan buruk dan rendah. Bisa dilihat dari segi kualitas susu pecah, berbau, berwarna, dan kotor juga sering terjadi pada pasca panen susu peternak lokal. Selain itu susu lokal terhitung lebih encer, dengan kadar lemak tinggi, dan kandungan mikroorganisme yang jauh melebihi standard CODEC (arifin, 2005).
Dari segi produktifitas Hartutik (2007:298) mengungkapkan, pada 2005 Indonesia memiliki populasi sapi perah sebanyak 373.970 ekor dengan pasokan susu segar yang dihasilkan sejumlah 341.986 ton per tahun. Dengan kebutuhan susu dalam negeri sebesar 1.427.000 ton, Indonesia masih harus mengimpor susu sebesar 1.085.014 ton per tahun.

 DAFTAR PUSTAKA

Samsul, Arifin dan Swastika Dewantari. 2003. Budidaya Sapi Perah. Jakarta: Javalivera.
Dawud, Achroni. 1998. Keuntungan Berusaha Sapi Perah. Medan: Penebar Swadaya.
Yusril, Ishak. 2007. Jangan Takut Menjadi Pengusaha Susu. Yogykarta: Karnisius.
Hartutik, Wulandari dan Nova Palupi. 2008. Meningkatkan Produksi dan Kualitas Susu Sapi Perah. bogor: AgroMedia Pustka.
Dariyanto dkk. 2001. Bibit Unggul Sapi Perah. Surabaya: Gramedia
Nainggolan, Tegar dan Roni Alamsyah. 2004. Menjadi Pengusaha Susu di Usia Muda. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Widodo, Ariyanto dan Tohonan Siregar. 1999. Budidaya Sapi Potong dan Sapi Perah. Medan: AgroMedia Pustaka.
Yopi, Kamarudin dan Dea Ratnasari. 2010. Tambang Emas yang Kurang di Minati. Palembang: Karnisius.
 KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas pertolongan Nya kami dapat menyelasaikan makalah kami yang berjudul “Cara Pengelolaan Ternak Yang Bertujuan Meningkatkan Hasil Produksi”. Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pengasuh kami yang telah membimbing kami dalam membuat makalah ini, dan tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman yang telah mendukung kami dalam membuat makalah ini.
Kritik dan saran senantiasa kami nantikan demi kebenarannya makalah yang telah kami buat. Selamat belajar semoga sukses dan yang tidak pernah lupa kami ucapkan kepada teman-teman, terima kasih.
                                        Penyusun

DAFTARA ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................   i
DAFTAR ISI ..............................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................   1
A.    Latar Belakang ................................................................................   1
B.     Tujuan .............................................................................................   1

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................   2
A.    Pengertian Peternak ........................................................................   2
B.     Pemeliharaan Ternak .......................................................................   3
C.     Analisis Kualitas dan Produktifitas Susu Sapi di Indonesia ...........   7

BAB III PENUTUP ...................................................................................   11
A.    Kesimpulan .....................................................................................   11
 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................   12

No comments:

Post a Comment